Penutupan Saluran Air tanpa peduli AMDAL.
Mungkin ini keluhan pribadi saya saja, karena jalan sempit yang menghubungkan kantor saya dengan warteg yang sudah cukup lama membantu untuk menghilangkan lapar saya hampir 5 tahun ini sekarang makin memprihatinkan nasibnya.
Saya bekerja di bilangan Mega Kuningan. Tepatnya di Menara Prima. Di punggung gedung Menara Prima, jika kita mau berjalan sekitar 300 meter masuk ke Jalan Mega kuningan barat 3, maka akan kita temui Jalan kecil yang sering digunakan oleh para tukang ojek atau pengendara roda dua untuk memotong jalan menuju jalan Gatot Subroto (belakang gedung Patra Jasa).
Ditepi jalan inilah banyak Warteg yang menjadi “pahlawan” bagi para Pegawai yang ingin berhemat terutama disaat tanggal yang tidak memungkinkan untuk makan siang di salah satu gedung – gedung bertingkat yang mengelilingi kawasan mega kuningan. Dan saya termasuk orang yang tidak jarang masuk kedalam salah satu warteg di jalan pintas ini.
Aroma yang tidak sedap memang sudah menjadi hal yang lumrah ketika kita melintasi wilayah tersebut, karena sebelumnya wilayah ini dikenal dengan wilayah peternak sapi perah yang cukup dikenal dijakarta dan menjadi sejarah bisu masa lalu jakarta ketika masih ramah pada warga aslinya. Bau kotoran sapi yang terbawa saluran air ukuran sedang yang membelah jalan raya Mega kuningan 3 dengan jalan kecil ini membuat kami menamakan jalan ini dan wilayah warteg itu sebagai KANSAP atau kependekan dari Kandang Sapi, karena bau khas kotoran sapi yang sering kami rasakan ketika melewatinya.
(Kondisi saat ini)
Masih beruntung, jika dulu saluran air sedang itu, yang membagi dua jalan, menjadi salah satu sarana para peternak itu untuk membuang kotorannya bisa mengalir dengan baik, sehingga kotoran sapi tidak tergenang, hilang dan tidak meluap ke jalan kecil tersebut.
Namun beberapa bulan ini, jalan tersebut selalu banjir dengan luapan kali kecil yang saat ini tidak ada lagi ada jalur alirannya karena ada pembangunan gedung disampingnya yang menutup jalur Kali tersebut. Ya benar. Ditutup!! Dimampatkan!!
(Saluran air yang ditutup itu (dimampatkan))
Sehingga air yang mengalir dari hulu tidak bisa mengalir lancar lagi, dan tumpah semua kejalan kecil yang sering dilalui untuk makan siang. Anda bisa bayangkan bagaimana bentuk air yang tumpah kejalan kecil itu karena sisa kotoran hewan yang ada didalamnya ??. Otomatis itu semua mematikan semua usaha yang ada disepanjang jalan tersebut, kamipun jika tidak sangat terpaksa, akan lebih memilih makan ditempat lain daripada harus melewati jalan yang sekarang sering tergenang air yang bisa dibilang “air limbah” tersebut.
Warteg dan berbagai penjual makanan ringan yang ada disepanjang jalan tersebut dan rumah-rumah yang sangat mirip dengan ilustrasi dari lagu iwan fals yang berjudul “kontrasmu bisu”nya iwan fals, tidak memiliki jalan lain selain diam akan nasib mereka. Apa yang mereka jual sepi, dan hampir mati.
Entah apa yang ada di fikiran pemilik lahan yang berpagar depan merah yang menutup saluran air yang ada dijalan tersebut. Apakah karena tanah itu sudah dibeli olehnya termasuk dengan saluran air tersebut sehingga mereka bisa menutup salurannya seenak udelnya tanpa memikirkan dampak lingkungan yang mereka akibatkan dari tindakannya??! Yang saya sesalkan adalah, tidak adanya tindakan apa-apa yang dilakukan oleh siapapun yang berwenang diwilayah itu untuk menyelesaikan masalah ini.
Apakah ini salah satu cara mereka untuk secara berlahan “mengusir” kelompok kecil warga yang ada disekitar situ??
Ataukah memang sebetulnya wilayah itu sebenarnya sudah dilarang untuk ditinggali??
Diluar itu semua, saya rasa menutup saluran air tanpa memperdulikan AMDAL dan mengakibatkan dampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya adalah tidak baik dan salah.
Untuk itu, mohon kiranya hal ini bisa ditindaklanjuti agar jalan tersebut bisa kembali nyaman walaupun hanya jalan kecil dan bisa kembali menghidupkan ekonomi Mikro yang berjalan didalamnya.
Semoga postingan ini bisa membuka hati dan mata pemilik lahan yang di cat merah digerbangnya ada tulisan yang saya tidak tau artinya.
(Pagar tinggi pemilik lahan)
Tolonglah pak… jangan begitu tingkah anda pada mereka…
Tapi kalo mereka memang sudah punya izin untuk menutup, saya ga tau, kok bisa ya diizinkan??…
Salam Ocehanburung