SAYA, ISTRI dan COVID 19

SAYA, ISTRI dan COVID 19

20210110_075433

Senin 21 Desember 2020 adalah awal Imunitas saya turun, Pulang dari kantor pukul 20.30 dan sampai rumah pukul 21.30.

Sampai rumah, badan sudah terasa pegal dan kepala pening, saya langsung minum obat andalan saya, Rinos. Lalu mandi, makan dan minum segelas air hangat campur madu. Ketika saya merebahkan diri untuk tidur, mendadak kepala saya pusing dan Mual. Dan akhirnya Muntah, hingga perut kosong dan bercampur darah. Esok Harinya saya masuk kerja dengan kondisi tidak fit tapi masih bertahan dengan minum obat Demam.

Kamis, 31 Desember 2020, Saya mendapat kabar bahwa kawan kantor saya Positif Covid 19. Saya yang memang sudah tidak enak badan, langsung inisiatif untuk tes SWAB Antigen.

Dan Hasilnya Saya Positif COVID 19.

Melihat hasil tes saya yang positif, istri langsung menghubungi Dokter dan dia juga inisiatif untuk Tes Antigen di RS tempat Dokter kami Praktek. RS. Medika Dramaga, dengan Dokter Spesialis Paru Alma Thahir Pulungan. Hasilnya, Istri juga Positif Covid 19.

WhatsApp Image 2021-01-20 at 2.58.58 PM

(Dr. Alma T. Pulungan. Spesialis Paru. RS Medika Dramaga)

Shock?? Tentu saja, tapi semua harus dijalani dan kami focus untuk mengikuti apa yang Dokter anjurkan untuk kami.

Dokter Alma  Menuliskan Resep untuk kami isolasi Mandiri dirumah. Resep terdiri dari 3 Grup :

  1. Anti Virus
  2. Obat sesuai keluhan
  3. Multivitamin

Note : Kami tidak detilkan nama obat-obatannya, karena Resep untuk tiap pasien akan berbeda.

Saya menjalani Isolasi mandiri dirumah hanya 1 hari karena esok paginya kondisi saya bisa dikatakan menurun. Batuk, badan makin pegal, Demam dan Lemas. Saya hubungi Dokter Alma. Dan Dokter menyarankan saya untuk Diisolasi di Rumah Sakit saja agar lebih Terkontrol, karena menurut Dokter, jika saya isolasi mandiri dirumah ada 2 hal yang tidak bisa di pantau, yaitu Kondisi Paru dan Kondisi Darah, sedangkan Virus Covid menyerang pada dua hal tersebut.

Saya sebenarnya agak ragu untuk dirawat di RS. Tapi karena kondisi saya terasa begitu tidak nyaman dan atas bujukan Istri bahwa akan jauh lebih baik jika diawat di RS karena akan Terpantau dan Terkontrol, karena memang saat isolasi mandiri dirumah, kami sama-sama bingung apa yang harus kita lakukan.

Akhirnya saya memutuskan setuju untuk Isolasi Di RS, dan kebetulan saat itu ada kamar isolasi Covid yang kosong dan kami langsung book kamar tersebut.

Saya datang sendiri ke RS Medika Dramaga dengan membawa perlengkapan pakaian yang disiapkan istri untuk Isolasi di RS. Dengan kondisi yang sangat lemah, pusing dan Demam. Petugas di RS langsung melayani ketika saya datang dengan kondisi tersebut. Perawat menggunakan APD lengkap mengarahkan saya untuk ke ruang tunggu isolasi dan diberi pertolongan pertama, beberapa suntikan, ambil sample darah serta dipasang selang Infus. Saya sudah setengah sadar ketika Petugas melakukan semua Observasi pertama itu.

 

Sekitar Jam 14.00 Dokter Alma mengunjungi saya diruang tunggu isolasi. Beliau menyapa saya, mendignosa dan mengatakan bahwa ini adalah yang terbaik untuk segera dirawat di RS, karena saya sudah akan masuk ke tahap 4, dan Dokter Alma ingin mencegah agar saya tetap stabil ketika masuk  ke tahap 4 tersebut, karena itu adalah saat – saat kritis penderita Covid 19.

Tahap 1 : Terpapar, Kebanyakan Pasien tidak terasa pada Tahap ini.

Tahap 2 : Masa Inkubasi Virus. Virus mulai aktif menyerang. Pasien mulai merasakan keluhan

Tahap 3 : Keluhan makin Kuat, Dengan disertai batuk kering dan demam

Tahap 4 : Virus menyerang Paru –paru. Ini tahap kritis.

 (Note : Tahapan berdasarkan pemahaman saya pribadi berdasarkan keterangan Dokter, bisa berbeda penamaan dan pemahaman)

Tahap 4 ini yang Dokter Alma akan usahakan untuk bisa ditahan dengan Perawatan Intensif di Ruang Isolasi di Rumah Sakit.

“Nanti sebelum masuk ruang isolasi Pak Kris di Citicsan dulu ya, tadi sudah Ambil darah khan??… Semangat ya pak!!!” Kata Dokter Alma terlihat senyum dibalik APD lengkapnya, setelah mendiagnosa saya dengan Stetoskop yang menggantuk di lehernya.

Saya Cuma mengangguk lemah.

Tidak lama setelah itu, saya dijemput petugas berAPD lengkap untuk ke ruang CitiScan dan lanjut keruang isolasi, ketika pintu dibuka, sudah siap juga tim Desinfektan yang menyemprot sepanjang jalur yang saya lewati. Menjadi pusat perhatian pengunjung RS?? Ya. Tentu saja.

Oh iya, sebelum dibawa ke ruang isolasi, saya diharuskan mengisi form yang terdiri dari 12 lembar, yang salah satunya adalah persetujuan jika kejadian terburuk terjadi maka akan dilakukan sesuai standar prosedur Covid yang ditentukan kemenkes. Saat mengisi bagian ini, petugas bilang :

“Bapak Punten, bapak juga harus tanda tangan ini, ini hanya prosedur pak, Amit-amit pak… kalo liat kondisi bapak Insya Allah gak kejadian pak… Amit –amit.. tapi punten tolong ditanda tangan pak…”

Dan saya Tanda tangan. Dan saya lanjut ke ruang isolasi.

Ruang isolasi saya tergolong cukup luas, karena sebenarnya untuk 2 pasien. Ini penampakan ruang isolasi saya yang saya rekam setelah isolasi hari ke 7.

20210105_165800

Dan Hari – hari saya selama isolasi di RS Medika Dramaga dimulai :

Hari pertama isolasi. Sabtu, 2 Januari 2021

Ruang isolasi Medika Dramaga Ruang Cemara 3. Khusus Covid 19. Ada 8 Kamar Isolasi kapasitas 8 orang termasuk saya. 1 kamar 1 orang. Ruang Cukup besar dan Nyaman, walau saya tetap merasa tidak nyaman karena kondisi yang lemah. Suster mengontrol 4 kali, Jam 6 Pagi, 12 siang dan 6 Sore juga jam 10 malam. Sesuai dengan Jadwal pemberian Obat.

Seingat saya setiap visitnya, ada 7 suntikan obat ke slang Infus saya, Multi vitamin, Anti Virus, dan Obat sesuai keluhan. Juga 1 suntikan ke lengan untuk Pengencer Darah, karena Covid juga menyerang Darah untuk mengental dan di tahap Darah mengental ini banyak pasien tidak fit, jadi terserang Stroke, karena darah kental yang menyumbat bagian otak.

Jadi Kekentalan darah juga dipantau dan dikontrol untuk tetap stabil dan standar, dijaga agar tidak terlalu kental. Rutinitas ini berlangsung selama 10 hari masa isolasi. Lengan kanan dan kiri saya 1 hari 2 kali disuntik, selama 10 hari. (Dari awal takut disuntik, sampai akhirnya pasrah) ada bekas suntikan ?? ooohh.. tentu saja.

Hari ke 2 isolasi.

Saya mendapat berita dari suster bahwa ada 1 pasien wafat usia 68 tahun. wafat pukul 14.30. sudah 7 hari isolasi dan ketika dibawa sudah dalam kondisi tidak stabil, semua usaha terbaik sudah dilakukan, tapi Allah berkehendak berbeda. Semoga Amal ibadah Almarhum diterima Oleh Allah SWT. Amiin.

Lalu bagaimana kondisi saya??, alhandullilah membaik. walau malamnya sempat terganggu dengan cegukan yg cukup lama, dari jam 6 sore sampe jam 02 pagi buta. dan baru bisa hilang dengan menggunakan metode nafas dalam plastik hampa serta obat racikan dari Dokter Penyakit dalam yang juga mengontrol saya. Jadi 1 pasien Covid di pantau oleh 2 orang Dokter. Dokter Paru (Dokter Alma) dan Dokter Penyakit dalam (Dokter Dadang).

Keluhan Tinggal lemas dan tidak nafsu makan. Selain itu kondisi saya stabil.

Hari ke 3 isolasi.

Kondisi membaik. Demam saya hilang dan Cegukan tidak muncul lagi. Mulai bisa mengeluh dalam hati untuk makanan rumah sakit yang rasanya khas makanan rumah sakit, tapi saya paksakan untuk makan karena saya ingin sembuh.

Setiap hari saya video call denga istri untuk mengetahui keadaan istri juga, dirumah keadaannya tidak membaik dan juga muncul batuk serta demam.

Dan seperti tindakan dokter Alma ke saya, Dokter Alma juga akhirnya menyarankan istri saya untuk di Isolasi saja Di RS agar bisa lebih intensif dan terpantau dengan baik. Akhirnya malam itu, istri saya juga masuk ruang isolasi. Karena kami suami istri, maka Rumah sakit mengizinkan kami 1 ruangan.

Hari ke 4 isolasi.

Saya Besok akan diCitiScan kembali, setelah hasil sebelumnya diketahui bahwa Virus sudah masuk ke Paru-paru dan diberikan anti virus untuk itu, besok akan diketahui hasilnya.

Sedangkan Istri yang akhirnya ikut masuk ruang isolasi disamping saya, hari ini diambil sample darah dan mulai pengobatannya, Obat yang diberikan lebih banyak dari saya, karena istri saya punya riwayat hipertensi, ada 8 jenis obat yang disuntik lewat slang infuse dan 1 antibiotik serta anti virus lewat minum.

Satu sisi saya sedih karena mau tidak mau saya harus mengakui bahwa istri saya harus mengalami ini karena saya, tapi itu itu juga bukan keinginan saya, ini sudah kehendak Tuhan, dan Istri saya menyadari itu. Kami berusaha kuat dan ikhlas akan segalanya. tapi satu sisi saya juga menjadi tenang karena sekarang istri sudah terkontrol dan terpantau di rumah sakit dengan Dokter – Dokter yang memang ahli dibidangnya.

Oh iya, Dokter Alma mengunjungi kami setiap hari disore hari, mengabarkan kondisi terkini.

Hari ke 5 isolasi.

saya tidak lagi sendiri diruang isolasi ini, istri juga diisolasi sekamar dengan saya. tubuh saya terus membaik, tidak ada hal yang negatif yang dirasa. Alhamdullilah.

Tapi istri masih pusing, mual dan demam. pagi sempat muntah dan suhu menyentuh 38 derajat. tapi fihak RS cukup sigap memberikan obat penurun panas.

Oh iya. hari kelima ini juga saya melakukan citiscan yg ke 2 utk melihat kondisi virus dalam paru-paru saya. Semoga hasilnya membaik.

Hari ke 6 isolasi.

Awal hari semua baik – baik saja, sampai istri saya ditelpon oleh ibunya untuk mengabarkan bagaimana keadaan ayahnya yg memang sudah lama berbaring ditempat tidur karena penyakit yang beliau idap.

Istri saya memang tidak memberitahu ibunya bahwa kami sedang karantina karena terkena covid 19, karena khawatir ibu akan panic dan menambah beban pikiran. Tapi akhirnya kita tidak bisa diam lagi karena ibu meminta kami untuk datang kerumah karena kondisi bapak semakin memburuk dan khawatir kita tidak bisa melihatnya lagi.

Istri saya mengeluarkan air matanya dan akhirnya bilang bahwa kami tidak bisa menemani bapak karena kami sedang karantina isolasi di Rumah sakit karena terpapar Covid 19. Saya tidak kuat mendengar apa yang ibu katakan dan shocknya beliau mengetahui hal ini. Istri terus mengeluarkan air matanya ketika Video call akhirnya solusi yang dipakai karena ayahnya terus saja memanggil istri saya ingin bertemu. Wajah bapak memang berbeda dan setiap melihat wajah anaknya dilayar HP, beliau langsung berkata – kata walau kata – katanya tidak bisa kami mengerti.

“Paaahh… Teteh ga bisa kerumah, Maaf ya pah… Teteh sama mas Doain papah dari sini, papah jangan sedih ya…” kata istri dengan sekuat hati menahan sedihnya.

Saya Cuma diam. Ujian ini terlalu berat untuk kondisi kami sekarang.

Setelah itu ibu memibisikan ditelinga ayah, bahwa kami tidak bisa datang. Dan tidak berselang lama, ayah istri saya wafat. pukul 23.10, kamis. 2021. Inalillahi Waina Ilaihi Rojiun. Al Fatihah.

Sedih kami tidak terkirakan, tapi kami saling dan berusaha menguatkan hati kami masing – masing, bahwa ini adalah yg terbaik yg memang harus kami lalui. Saya dan Istri harus kuat. Dan kita harus menerima bahwa istri saya tidak bisa ada disamping ayahnya dan tidak bisa hadir pada pemakaman Ayah tercinta.

2x3

Al fatihah.

Hari ke 7 Isolasi.

Tidak seperti biasanya, Dokter Alma mengunjungi kami, pagi hari.

“Saya turut duka cita atas orang tuanya ya fri, Sabar, jaga kondisi..” katanya. Lalu melanjutkan memeriksa kami.

Kondisi saya dan istri stabil kami berusaha untuk menyimpan kesedihan kami jika kami sudah sembuh nanti. Insya Allah.

Tidak demam, Tidak panas. jika lancar, saya sabtu besok dihari ke 8 kami akan SWAB PCR kembali untuk yang ke 2 kali. Semoga hasilnya baik.

Pada Hari ke 7 ini, Begitu banyak kiriman makanan dari kawan –kawan istri saya, suster sampai beberapa kali bolak balik ke kamar mengantarkan makanan, mulai dari Buah, lauk matang, kue, Roti serta minuman.

1 2 3 4 5

Hari ke 8 Isolasi.

Pagi hari badan kami sangat segar. jam 9.10 perawat datang utk melakukan SWAB PCR kami berdua. hasil baru bisa didapatkan malam nanti.

Sore jam 17.00. istri batuk dikamar mandi karena dia ternyata menahan batuk seharian yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Saya sempat panic dan suster juga panic. Namun Suster bertindak cepat dengan melapor ke Dokter tentang kondisi istri saya, tidak berapa lama obat sudah diberi dan istri saya bisa tidur.

Kiriman makanan masih terus ada.

Hari ke 9 Isolasi.

Hasil PCR disampaikan oleh Dokter Alma, kami masih POSITIF, namun nilai CT kami sudah masuk sembuh untuk kategori Kemenkes yaitu 38 dan 35 untuk saya, serta 34 dan 32 untuk istri. Angka diatas 30 sudah menandakan kesembuhan. Karenanya, Senin tgl 11 nanti saya sudah bisa melanjutkan untuk Isolasi Mandiri dirumah saja. Dan istri saya menyusul 2 hari kemudian untuk pulang dan Isolasi mandiri dirumah bersama saya.

Senin, 11 Januari 2021. Saya mulai isolasi mandiri dirumah, dengan tetap meminum obat sesuai yang diresepkan oleh Dokter Alma. 2 hari kemudian, istri saya menyusul pulang, kami menjalankan Isolasi mandiri dengan prosedur yang baik. Mengontrol kondisi badan sendiri karena alat medic standar memang kami punya, seperti pengukur suhu, pengukur tensi dan Pengukur kadar oksigen.

20210112_062601

Kami tidak panic lagi, karena dokter memberi kami info bagaimana isolasi mandiri, serta selama dirawat, juga kami membaca berbagai artikel tentang covid dan bagaimana isolasi mandiri. Kami jalani prosedur isolasi mandiri dengan baik.

  1. Jangan keluar rumah, sayangi orang sekeliling anda.
  2. Kumpulkan sampah didalam rumah di plastic sampah besar, jangan buang sampah sering-sering keluar rumah, tumpuk didalam plastic sampah besar dan buang ketika benar-benar sudah penuh.
  3. Jika Pesan makanan beri note dan tanda gantungkan saja dipagar.
  4. Makan makanan yang simple, usahakan jangan makan makanan yang memicu batuk atau over cook. Hindari Makanan manis dan kering yang memicu batuk.
  5. Perbanyak makan yang tinggi protein. Misal Telur Rebus.
  6. Minum obat sesuai jadwal.
  7. Lapor ke pak RT bahwa kita sedang isolasi mandiri.
  8. Banyak istirahat, Obat yang diberikan sering membuat kantuk, jangan dilawan, tidurkan saja. Istirahat.
  9. Catat kondisi harian, Pagi, siang dan Sore. Tensi, Oksigen dan Suhu.
  10. Makan, makan dan Makan.

jadwal

Kami mentaati dan melakukan itu semua selama 10 hari dirumah, sampai akhirnya pada tanggal 18 Januari kami melakukan SWAB PCR kembali yang ke 3.

Dan Alhamdullilah SWAB yang ke 3 ini saya dan Istri sudah NEGATIF dari COVID 19.

Result

Info tambahan, Selama sakit, berat badan saya turun hingga 7 kilo, dari semula 87 kg, menjadi 80 kg.

Satu sisi ini hal baik, karena memang selama ini berat badan saya berlebih.

Okeee… Itu saja Sharing saya dan Istri, sekarang Dokter kami sudah mengizinkan kami untuk keluar rumah, walau di Form Kemenkes kami masih harus istirahat sampai tgl 26 januari 2021.

Kami manfaatkan minggu ini, untuk menjalankan kewajiban kami yang tertinggal, yaitu Mengunjungi Papah ditempat peristirahatan barunya…

Ucapan Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Allah SWT, yang masih memberi kami kesempatan untuk sehat kembali.
  2. Istri yang setia menemani dan mendoakan.
  3. Dokter Alma Thahir Pulungan Spesialis Paru di RS. Medika Dramaga.
  4. Dokter DaDang Spesialis Penyakit Dalam RS. Medika Dramaga.
  5. Kakak dan Saudara yang tidak henti mendoakan.
  6. Para Suster dan Bruder : Dian, Agus, sabrina, Mila, Rima dan yang tidak bisa saya sebutkan namanya.
  7. Terima kasih kepada RS. Medika Dramaga yang dengan baik merawat kami.
  8. Kawan dan kerabat yang dengan baik hati mengirimkan doa makanan yang berlimpah.
  9. Serta Dukungan dari teman sejawat.

Tanpa kalian, kami tidak akan bisa melaluinya.

Pesan saya,

Mari Jalankan Protokol 5M dengan sebaik-baiknya. Covid ini Nyata dan berbahaya. Sayangi diri anda dan orang sekeliling anda.

Salam Ocehanburung.

 

Ocehanburung

Seorang yang sangat memperdulikan keutuhan dan harga diri bangsanya...

One Comment

  1. Terharu bacanya..makasih banget buat sharingnya..semoga kita selalu sehat, alfatihah buat almarhum bapak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *