Analisa Amatir, Pengalih Isu Sidang Habib Riziek.
“Kasus” terbaru “intimidasi” yang dilakukan oleh ahok dan tim pengacaranya terhadap Kyai Ma’ruf Amin yang merupakan Ketua MUI dan tokoh utama NU seolah menjadi titik puncak pengukuhan bahwa Ahok memang benar-benar tidak bisa menjaga lisannya, sontak peristiwa ini menyulut dengan cepat menundang reaksi seluruh lapisan masyarakat, termasuk reaksi para ulama yang semula cenderung masih memberi angin untuk mendukung ahok menjadi begitu kuat ikut menolaknya.
Tidak tanggung-tanggung, ketua Umum NU KH. Said Aqil yang sejauh ini bisa dibilang apatis dengan kasus penistaan agama (Al-maidah 51) yang sedang dijalani ahok, tiba-tiba menjadi begitu tegasnya bahwa kali ini ahok jelas Salah, dan beliau juga secara tersirat dan lisan mengatakan bahwa bisa jadi akibatnya nanti warga NU yang tinggal di Jakarta tidak akan memilih ahok.
Bukan hanya KH. Said Aqil, tokoh utama Islam liberal Ulil Abshar juga begitu tegasnya mengatakan bahwa ahok adalah ancaman bagi kesatuan bangsa ini di salah satu twitnya.
Ditambah, Banser NU sudah siaga satu untuk turun ke Jakarta dan tinggal menunggu komando dari para sepuh ulama mereka (Termasuk GNPF dan Muhamadiyah) yang sedang melakukan musyawarah di MUI untuk menentukan langkah umat kedepan.
Kesan “Umat Bersatu”pun menjadi begitu kuatnya setelah peristiwa ini, karena NU yang semula masih ragu bahwa kasus Ahok soal penistaan agama sangat kental dengan “isu politik” dan memilih untuk tidak banyak ikut campur didalamnya, menjadi berubah total dan bereaksi begitu cepat untuk menentang ahok.
Dari kejadian ini ada 2 kesimpulan yang bisa kita petik dan perhatikan.
- Yang sangat jelas terlihat mata dan terkesan di hati kita adalah bahwa akhirnya umat muslim diberi jalan untuk bisa melihat dan menyadari siapa ahok sebenarnya, dari mereka yang semula tertutup hatinya dan memilih memalingkan muka pada kasus ahok, menjadi terbuka karena ulama yang mereka hormatipun ternyata tidak lepas dari tidak baiknya lisan ahok dan pengacaranya. Umat bersatu menjadi lebih kuat.
- Namun tidak bisa kita pungkiri juga bahwa dengan mencuatnya peristiwa ini ada satu hal yang mungkin saja, sekali lagi mungkin saja, menjadi luput dari sudut pandang kita. Dan kita juga harus waspada pada sesuatu yang menjadi ganjalan dalam pemikiran saya ini :
Walau ada rasa lega ketika umat bisa bersatu secara penuh dengan kasus KH. Ma’ruf Amin, namun ada sedikit keanehan yang terjadi.
Pertama adalah begitu serentak, keras dan “kompak”nya kaum “islam liberal” dan warga NU menyikapi sikap ahok terhadap sikap tidak baik lisannya terhadap KH. Ma’ruf Amin melebihi ketika ahok secara terang-terangan membahas surat Al-maidah 51 dan mengatakan bahwa surat tersebut dijadikan alat berbohong untuk membuatnya kalah yang dia lakukan itu di acara yang bukan kampanye tapi disaat kunjungan kerja di kepulauan seribu, yang jelas-jelas menyalahi aturan dan “melompati pagar” etika.
Serempak dan kompaknya aksi tolak ahok dari Islam liberal dan NU ini membuat saya sedikit aneh, dan memberanikan diri bertanya, kenapa??
Lalu saya merasa menemukan benang merahnya, yaitu terkait dengan kasus yang sedang menjerat Habib Riziek. Saat ini habib Riziek yang terkenal paling vocal untuk menyuarakan penolakan kepemimpinan yang tidak amanah dan non Muslim sedang dalam kasus hokum, tidak tanggung-tanggung, entah ini usaha dari kubu seberang untuk membuat seolah posisi sama yaitu dengan menuntut perkataan habib Riziek pada salah satu ceramahnya yang homogeny (satu umat) yang menurut mereka juga termasuk “menistakan” umat yang lain, padahal jelas-jelas situasi, kondisi dan moment Habib Riziek berceramah dengan apa yang dilakukan ahok di kepulauan seribu amat sangat berbeda. Alhasil kaus habib riziek yang sangt kental aroma Kriminalisasi membawa empati kepada sebagian umat yang sangat mencintainya. Tidak tanggung-tanggung, setiap habib dipanggil ke Metro jaya, maka ribuan pendukungnya ikut menemaninya dengan setia. Dan inilah yang harus di pecah konsentrasinya, muncul pemikiran bahwa, Kesetiaan umat memonitor kasus Habib riziek harus dihilangkan.
Dan moment itu tiba!!
Lisan Ahok yang memang mungkin sulit untuk bisa cepat diajak menjadi baik, kembali membuat ulah dengan tuduhan “mengintimidasi” saksi dengan gaya Koboinya. Dan kebetulan Ulama tersebut adalah tokoh besar NU yang selama ini begitu di hormati. Dan sontak saja ini membuat warga NU yang semula tidak banyak bergerak menjadi begitu reaktif dan langsung terang-terangan menentang ahok.
- Said Aqil dan Ulil Abshar adalah tokoh NU yang semula apatis, namun berubah total saat ini menentang Ahok, dua tokoh yang cukup terkenal ini sekejap itu juga menjadi sorotan muslim yang sejak awal memang sudah sangat gerah dengan tingkah ahok, dalam sekejap pula nama mereka menjadi berubah, yang semula selalu di kritik dengan pedas, menjadi baik dimata muslim diluar warga NU.
Muslim penolak ahok dan pecinta Quran, seolah mendapatkan “pengganti” Habib Riziek yang saat ini sedang dalam kasus hukum.
Di balik response yang mulai positif kepada mereka (KH. Said Aqil dan Ulil Abshar), dan dengan response yang sudah menjadi positif dimata semua muslim karena mereka dianggap sudah “sadar akan kesalahan”nya selama ini, Muncul Efek samping yaitu maka kesetiaan terhadap Habib Riziek perlahan menjadi berkurang, bahkan tidak saya dengar lagi ada ribuan massa yang berkumpul untuk mendampingi habib Riziek dalam sidang.
Bisa dikatakan habib Riziek kini sendirian karena umat bisa dibilang “tidak lagi membutuhkannya” karena sudah ada pengganti tokoh besar yang juga saat ini menentang ahok yaitu tokoh Ketua umum NU yang sudah “tercerahkan” atas sikapnya selama ini.
Tapiiii…
Bisa jadi justru itu yang mereka inginkan. Kemenangan jangka panjang yang saat ini mereka harapkan akan segera terwujud, bayangkan, saat ini hanya satu ormas yang begitu kuatnya berusaha sekuat tenaga mengamalkan Amar Ma’ruf nahi Munkar bukan hanya dengan doa tapi dengan segenap kekuatan fisik yang mereka miliki untuk memerangi setiap kemaksiatan, kebablasan dan sikap yang bisa merendahkan agama islam. Mereka menerima segala cercaan dan sikap sinis para “pembenci FPI” yang sebagian besar berfaham Liberal. Faham yang sudah memisahkan antara akidah dengan kehidupan social, Politik dan ekonominya. Hanya FPI yang dengan gagah berani terus maju pantang mundur dalam mendirikan Amar ma’ruf Nahi Munkar.
Dan untuk sebagian orang, kekerasan tekad FPI, kebulatan tekad dan istiqomahnya mereka dijalan yang mereka yakini benar untuk menjaga Amar Ma’ruf nahi Munkar, adalah sebuah ancaman yang tidak bisa dianggap enteng. Maka dari itu mereka mereka akan selalu berusaha “membungkam” FPI agar tujuan jangka panjang mereka bisa berjalan lancar tanpa kerikil yang selalu di berikan FPI kepada mereka.
Dan inilah moment yang tepat, Habib Riziek dibiarkan tanpa pendamping massa di tengah sidangnya, sehingga proses menjadi lebih lancar untuk menjebloskannya ke penjara, dan dengan begitu otomatis kekuatan utama FPI akan hilang dank an semakin mudah untuk digoyahkan atau jika tetap diizinkan berdiri, maka hanya sebagai boneka untuk mengelabui umat.
Potensi ini juga harus diwaspadai, jangan sampai kita terkelabui pada situasi yang saat ini sekejap saja, tapi mengorbankan jangka panjang dengan membiarkan “Singa Gurun Pasir” yang kita miliki untuk membangkitkan semangat Jihad kita hilang dan kita akan semakin jauh dari hidup dalam kebaikan dan kedamaian dalam bingkai Ketuhanan yang Maha Esa.
Setidaknya Tulisan ini bisa membuat kita kembali focus tidak hanya pada satu sisi kebaikan tapi juga harus focus pada kebaikan jangka panjang yang saat ini begitu kuatnya berusaha dihilangkan.
Allahualam. Semoga bangsa ini dijauhkan dari manusia-manusia yang ingin merubah bangsa ini dari keTuhanan yang Maha Esa.
Salam ocehanburung.
Jakarta – Ketum PNI Marhaenisme Sukmawati Soekarnoputri melaporkan Imam Besar FPI Habib Rizieq ke Bareskrim. Umat Islam tahulah ini jebakan monyet, kita lebih pinterlah dari gerombolan pelapor dan desainernya,” sambungnya.