Jakarta, Jika Ahok Berkuasa.
Sudah lama pertanyaan ini berseliweran dikepala saya.
“Kira-kira gimana jadinya Jakarta kalau Ahok kepilih lagi jadi Gubernur??”
Setelah hampir satu tahun cari berbagai jawabannya dan finalnya kemarin ketika muncul Aksi Damai 411, maka saya menyimpulkan beberapa hal yang mungkin akan benar-benar terjadi jika Ahok kembali menguasai Jakarta.
Sebelum saya menguraikannya, walau pada dasarnya saya tidak menyukai gaya pribadi maupun gaya kepemimpinan ahok yang Kontroversial dan “slengehan”nya, namun semoga sudut pandang ini bisa menjadi masukan dan membuka sudut pandang baru bagi anda warga Jakarta yang akan melaksanakan kewajibannya pada awal 2017 nanti, dan juga ini bisa jadi masukan untuk Ahok dan wakilnya agar bisa lebih baik dan menjaga sikap serta potensi yang ada disekelilingnya jika memang harus terpilih nanti.
Jika Ahok berkuasa :
- Jakarta akan memasuki era barunya, Modern, Lebih keras dan tidak untuk semua. Kita tidak akan lagi melihat analogi dari lagi Iwan Fals yang berjudul “Kontrasmu bisu”, yang mana menggambarkan adanya gubuk liar ditengah gedung-gedung pencakar langit, adanya orang kelaparan di pinggir restoran super mahal. Karena kedepan, semua itu sudah hilang, akan bersih. Karena Jakarta tidak lagi cocok untuk orang miskin. Orang yang tidak kuat mental, tidak kuat modal, akan tersingkir karena dianggap tidak cocok untuk hidup dijakarta. Jakarta akan menjadi kota yang keras untuk persaingan orang yang kuat dan modal yang kuat. Yang lemah dan tidak punya, tidak layak ada dijakarta. Hal ini saya masukkan sisi positif, karena sepertinya, pada pengagum ahok pasti akan berkata YEAH INI JAKARTA BRO!!!, dan menganggap bahwa hal diatas adalah merupakan keniscayaan yang harus terjadi sebagai tumbal dari kemajuan.
- Penduduk Jakarta akan makin berubah Pola Fikirnya. Saat inipun sudah sangat terlihat pola fikir para pendamba pemimpin seperti Ahok, adalah mereka yang lebih mengutamakan Logika mereka daripada hati. Jangan tersinggung dulu, karena memang anda dibuat tidak menyadari bahwa anda “mungkin” secara tidak sengaja telah mengabaikan apa kata hati anda karena mengutamakan “emosi karatan” yang dipoles oleh berita sekeliling anda selama ini. Emosi karatan inilah yang secara tidak sadar telah menggiring pola fikir anda untuk tidak lagi mengutamakan Iman, tidak lagi me-nomor satukan akidah, karena begitu derasnya informasi yang memang saat ini berusaha untuk melunturkan itu. Pola Pikir mengutamakan Logika akan menjadi trend bagi warga Jakarta, pemikiran bahwa “elo boleh ngapain aja asal engga ganggu gue dan sekeliling gue” akan menjadi sebuah kalimat sakti yang membuat Jakarta semakin masuk pada Era Bebas tanpa batasnya. Kebebasan berekspresi akan memasuki era benar-benar tanpa batasnya. Kalimat-kalimat seperti : “urakan yang penting baik”, “Ga beragama yang penting ga rugiin orang” dan berbagai kalimat penjungkir balik logika lainnya juga akan begitu kuatnya mempengaruhi poila fikir Warga Jakarta. Prinsipnya, mereka akan sangat mengandalkan logika mereka dan meninggalkan apa kata hati baik mereka. Mereka akan melupakan dan menganggap bahwa kalimat “Sesuatu yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik pula” adalah sebuah kalimat dongeng yang tidak mungkin ada di Jakarta. Dan pola fikir demikian menurut saya akan sangat berbahaya. Sangat berbahaya setidaknya dari sisi pemikiran saya.
Jakarta akan menjadi kota dimana akidah tidak lagi nyata, tapi Logika yang sebenarnya sangat terbatas, justru akan menjadi Tuhannya.
- Jakarta sebagai barometer Negara, akan sangat bisa mempengaruhi rakyat Indonesia, Sikap, tingkah laku dan sepak terjang Jakarta dengan Sekulerismenya mau tidak mau akan mampu mempengaruhi rakyat yang lain. Dan kemudian, tidak hanya Jakarta, Indonesiapun akan menjadi sebuah Negara baru yang mungkin sama sekali berbeda dari sekarang, Negara yang tidak lagi kita kenal sebagai generasi 80 – 90an. Kita akan tergilas dengan budaya modern yang sudah pasti akan ssangat sulit kita terima sebagai orang timur dengan adat khas dan istimewanya. Tapi pilihan hanya 2, Ikut arus atau tersingkir.
Itu 3 hal besar yang berpotensi akan terjadi pada Jakarta jika Ahok memimpin nanti, lalu, apa yang akan terjadi jika ahok tidak memimpin??
Jika ahok tidak memimpin, maka sebetulnya tidak masalah, Jakarta Modern juga akan tetap bisa terjadi, yang membuat anda berfikir bahwa seolah-olah hanya Ahok yang bisa melakukannya adalah karena anda tidak menyadari bahwa anda sudah digiring oleh media untuk berfikir demikian. Yakinlah bahwa Ahok tidak sehebat dan sesuper yang anda kira. Dia orang biasa yang bisa bekerja seperti orang lain juga bekerja. Ahok tanda tangan, orang lain juga bisa tanda tangan. Perbedaannya hanyalah ahok itu lebih banyak bicara dibanding orang lain.
Soal banjir?? Jakarta juga masih banjir sampe detik ini bro. Soal Korupsi?? Jangan salah, mereka hanya pindah jalur, memang saat ini pungli dilevel RT sampai mungkin Kecamatan jauh berkurang karena dibikin malu oleh ucapan menyayat hati yang membuat malu para pegawai rendahan. Tapi adakah yang bisa memantau kong kalikong kelas kakap diatas awan sana?? Para pengusaha besar yang siap melahap habis tiap centi tanah Jakarta untuk kelompok mereka saja?? Yang pasti anda akan berkata “hallaaaahh.. ga usah mikir sejauh itu, kerja aja yang bener..” dan inilah awal dari kesalahan fatal kita. Karena seharusnya dalam gerakan berpolitik (memcoblos 2017 nanti adalah salah satu gerakan politik anda sebagai warga Negara), Berfikir dalam gerakan berpolitik itu harus terbalik dari pola fikir kita sehari-hari.
Jika dalam tindakan hari- hari kita harus mengutamakan yang lebih kecil dulu, dan yang dimulai dari diri sendiri lalu berharap akan bisa mempengaruhi orang lain, maka dalam berpolitik kita harus berfikir pada akibat terbesarnya dulu.
“APA AKIBAT TERBESAR ATAS APA YANG AKAN AKU LAKUKAN DIBILIK SUARA INI?? Itu pertanyaan yang harus anda ajukan dalam diri anda sebelum anda memutuskan untuk memilih siapa pada Pilkada DKI nanti atau menentukan pada Pilpres mendatang. Dan saya sudah memberi jawaban kemungkinan dari pertanyaan itu dari uraian saya diatas.
Tinggal anda memikirkannya, apakah anda mau Jakarta (Indonesia) berubah dan menjadi tidak ketimuran lagi, tapi masuk pada Era kebebasan ala barat dengan elo-elo dan gue-guenya, yang justru mulai tidak disukai oleh Negara penciptanya Amerika,
Atau
Jakarta (indonesia) berubah namun tetap istiqomah dengan budaya ketimuran dan Bhinneka tunggal ika serta damai tanpa potensi gesekan SARA yang tiap saat bisa meletus karena satu orang yang tidak bisa diajar untuk bisa Bijak dalam berkata dan bertindak??
Yakinlah, Bahwa masih banyak anak bangsa yang bisa jauh lebih baik berbuat dari Ahok, yang tidak pernah mau berubah hanya untuk sekedar agar rakyat tidak tersakiti hatinya.
Dan Ingat, Kita Saudara, jika masih ada cara untuk mengurangi potensi perpecahannya, maka yang terbaik adalah menghilangkan potensi perpecahan sesama Saudara itu. Saya ingin Indonesia satu, bukan hanya untuk anda pecinta ahok, bukan hanya untuk saya pengkritik ahok, tapi untuk semua.
Yang sangat saya sayangkan, sepertinya Ahok tidak berfikir demikian, dia seolah terus berusaha “memisahkan”, seolah dia berkata lewat setiap sikapnya, “Ikut gue atau lawan gue”. Persis semboyan amerika ketika melawan teroris yang secara dictator mereka analogikan dengan Islam. Ini bahaya, dan kita bisa terpecah karenanya.
Ayolah kawan, kita masih bisa bawa kota ini (negeri ini) menjadi kota (negeri) yang kita kenal, Jakarta dengan budaya betawinya yang santai dan Ikhlas menjalani hidup, Jakarta yang untuk siapa saja yang mau datang dan baik kepadanya, Jakarta yang sejuk tempat seribu harapan untuk siapa saja. Bukan hanya untuk mereka yang kuat yang siap menyingkirkan yang lemah.
Jakarta baru adalah Jakarta yang tetap berakhlak dan budaya timur yang di lengkapi dengan Modernnya sebuah ibukota Negara.
Salam ocehanburung.