Izinkan saya mengatakan bahwa saat ini indonesia sedang krisis Jiwa Kepahlawanan.
Pengaruh kehidupan yang individual dan semakin jauhnya kita dengan budaya Gotong Royong dan musyawarah, membuat kehidupan kita berevolusi sedemikian jauhnya dari sifat asalnya. Dari tidak pedulinya kita pada lingkungan kita sendiri, baik itu kepedulian sosial sampai kepedulian akidah dari masing-masing diri kita sendiri.
Kalimat –kalimat :
“Urus saja dirimu sendiri dan jangan ikut campur kehidupan orang lain”
“Selama tidak mengganggu hidup kita, untuk apa kita ikut campur”
“Hidupku urusanku”
Dan berbagai kalimat yang selama ini kita cerna secara salah, telah menjadikan kita menjadi manusia yang sudah tidak peka lagi pada kejadian sekitar kita, tidak peduli lagi dengan apa yang kita lihat, tidak empati lagi pada peristiwa yang kita tau, bahkan seringkali terlalu menganggap enteng segala sesuatu kekeliruan yang kita lakukan terhadap diri kita atau orang lain. Kita menjadi manusia yang benar-benar telah berprinsip sangat individual, saat ini bukan lagi keselamatan bersama yang kita upayakan tapi lebih kepada : SELAMATKAN DIRI MASING-MASING.
Jika kita melihat sebuah kesalahan, kekeliruan, penyimpangan, atau ketidakbaikan yang terjadi disekitar kita, kita tidak lagi dengan spontan menolong, memperbaiki, atau meluruskan, tapi pemikiran kita akan banyak menganalisa terlebih dahulu sebelum menyimpulkan apakah kita akan menolongnya atau membiarkannya.
Terlalu banyaknya pertimbangan untuk berbuat kebaikan yang sedang melanda setiap individu bangsa ini adalah pemicu utama dari cikal-bakal hilangnya jiwa Kepahlawanan pada diri kita masing-masing. Kita jadi individu peragu, individu tidak peduli, individu yang pasif, individu yang jauh lebih mementingkan kebutuhannya sendiri. Rasa Kepahlawanan yang seharusnya ada di diri kita masing-masing, saat ini sudah hilang entah kemana seiring dengan masuknya pola pikir baru yang kita serap dari kemajuan kehidupan ini.
Kemajuan teknologi komunikasi terutama media massa yang gencar memberikan “pelajaran” atau “Pengetahuan” yang seringkali mencuci otak pembacanya dengan perang argumen dari masing-masing dukungannya. Membuat kita menjadi tidak mudah untuk menentukan pilihan sehingga banyak dari kita lebih memilih diam daripada bisa menganggung resiko jika ikut campur didalamnya.
Tulisan dan Aturan-aturan dengan kesan mengancam yang di tuliskan atau disampaikan secara halus dan terus-menerus membuat alam bawah sadar kita menjadi terbiasa dengan rasa ragu dan takut yang lama kelamaan menjadikan sense of heroisme kita menjadi tumpul dikarenakan tidak adalnya lagi kepercayaan diri dan kekuatan pendirian untuk melakukan sesuatu yang kita anggap benar.
Saat ini, Kebenaran menjadi sesuatu yang sangat meragukan, karena ketika kita menganggap sesuatu itu benar, maka akan cepat sekali muncul argumen lain yang seketika itu juga bisa melemahkan keyakin kita bahwa apa yang kita yakini benar-benar suatu kebenaran.
Aturan-aturan yang bersifat melemahkan mental dan memicu keraguan adalah aturan-aturan yang bisa mematikan Jiwa Kepahlawanan yang seharusnya kita jaga keberadaan.
Jiwa Kepahlawanan adalah Rasa keberanian dan keyakinan kita akan Kebenaran yang harus ditegakkan, yang mampu mengalahkan rasa takut, rasa ragu dan rasa tidak perduli yang ada dalam diri kita. Aksi Kepahlawan adalah tindakan nyata dari Jiwa Kepahlawanan yang kita harusnya miliki.
Tapi Jiwa itu saat ini dikebiri oleh jaman dan kehidupan serta kepentingan sekelompok orang yang memang tidak menginginkan jiwa Kepahlwanan itu tumbuh pada masing-masing diri kita.
Tayangan yang melemahkan seperti Sinetron yang cengeng, lagu yang sentimentil, dan berbagai tayangan lain yang tidak mencerminkan heroisme saat ini sangat banyak bertebaran di TV nasional kita. Mungkin ini bagi sebagian orang adalah hal kecil, tapi jangan salah, jika ini ditayangkan terus menerus tanpa ampun dan dalam jangka waktu lama, maka efeknya akan sangat berbahya bagi perkembangan mental kita. Dan saya sudah tidak perlu memberi contohnya lagi. Bukti sudah banyak disekeliling kita, generasi muda yang tidak jelas arahnya dan para orang tua yang bingung untuk mendidiknya.
Aturan-aturan Nyeleneh dan ajaran-ajaran yang aneh yang membuat kita takut untuk bisa menjadi berbeda dan menjadi kuat dalam berpendirian saat ini mulai digalakkan unutk membungkam dan memenjarakan kekuatan jiwa Kepahlawanan kita menjadi jiwa-jiwa yang kerdil dan minim tindakan untuk kebaikan Bangsa.
Adalah sebuah kesalahan global dan atau bisa juga konspirasi massal dari orang-orang yang tidak sengaja atau mereka yang memang ingin membuat bangsa ini terus-menerus menjadi negara lemah ditengah kekayaan yang besar yang tidak disadari oleh pemiliknya sendiri.
Saat ini, Sudah sulit kita temui Patih Gajah Mada Muda, Bung Tomo muda, Diponegoro muda, Soekarno muda, Syahrir muda, yang berani maju ke baris terdepan untuk menantang ketidakadilan, mendobrak tirani, dan memperjuangkan Kebenaran dengan tumpah darahnya.
Kita lebih mudah menemukan, para pemuda dengan masker penutup mulutnya, pemuda dengan penutup telinganya, dan pemuda dengan mata terus menatap layar Hpnya yang sudah samasekali tidak peduli dengan sekelilingnya, apalagi peduli dengan nasib bangsanya.
Pemuda-pemuda kita, kita, dan bangsa ini, bukan lagi bangsa penghasil Pahlawan, bukan lagi bangsa Penghasil Ksatria, bukan lagi bangsa penghasil Pembaharu.
Saat ini kita hanya Bangsa yang siap mengekor kemana Tuannya menyeret leher kita.
Bangsa ini sudah sampai pada titik terburuknya menuju hilangnya sebuah Jiwa Kepahlawanan.
Salam ocehanburung
Baru dengar kata Bela Negara sj sudah sewot dan curiga ya.
Salam hangat dari Jombang