Menelaah Video Kontroversial Kampanye Ahok Djarot

Menelaah Video Kontroversial Kampanye Ahok Djarot.

Damai

Pilkada DKI Jakarta sudah sampai pada titik puncak panasnya, segala sisi dan sudut kesempatan yang bisa mendatangkan “perasaan” atau “Feeling” menang sebelum pertandingan dimulai tidak pernah luput untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, bukan hanya dari tokoh utama Pilkada ini yaitu Ahok dan Anies yang menjadi bahan untuk saling “mengejek”, “mengumpat” bahkan sampai “memfitnah”.  Tapi juga bisa menyerang siapa saja yang jelas pendukung dari salah satu kubu tersebut. Jika ada yang mengatakan bahwa iklim Jakarta saat makin dekat Pilkada ini semakin tidak masuk akal dan brutal, itu memang ada benarnya, setidaknya di sisi social media.

Perang argument dan saling menuding antara kedua kubu begitu kuatnya di Social media.

Salah satu yang sedang ramai adalah soal video kampanye tim Ahok – Djarot yang kontroversial. Saya akan sedikit menuangkan apa yang paling jelas saya tangkap ketika saya menonton Video tersebut.

Pertama-tama mari kita menetralkan fikiran kita terlebih dahulu ketika kita akan menonton video tersebut, maksudnya “menetralkan” adalah berusaha sekuat mungkin agar fanatic terhadap salah satu calon bisa kita hilangkan setidaknya saat kita menonton video kampanye tersebut, ketahui dulu apa sebenarnya tujuan utama dari pembuatan video kampanye dengan tema demikian.

Dari hasil Browsing saya, maka saya simpulkan bahwa tujuan tema dari video kampanye tersebut adalah untuk menonjolkan Kebhinekaan yang memang merupakan ciri bangsa Indonesia yang menurut mereka saat ini ingin dihilangkan oleh kelompok tertentu.

Jika memang Tema Kebhinekaan yang ingin diangkat, seharusnya yang paling utama muncul di kepala kita (setidaknya saya) adalah misal :

Adegan berkumpulnya berbagai suku dan agama di Indonesia dengan latar belakang Monas atau bundaran HI, saling bergandengan tangan dengan kuat berusaha menghalangi para perusuh yang tidak usah di detilkan sosoknya (atau bisa menggunakan pakaian serba hitam) yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan genggaman erat dari berbagai element suku dan agama tadi. Lalu Ahok dan Djarot datang menambah kekuatan itu dan akhirnya para perusuh itu berhasil mereka kalahkan, lalu mereka saling bersalaman karena telah berhasil menyelamatkan kebhinekaan.

Saya kira dengan adegan demikian, akan lebih baik dan berkesan mendamaikan daripada video kampanye yang tim ahok tampilkan.

Sekarang saya coba menuliskan kesan saya ketika menonton video kampanye yang kontroversial tersebut.

  1. Kesan mencekam, Kesan ini paling pertama muncul dan membuat saya mengerutkan dahi. Kesan pertama yang tidak friendly dan kurang etis saya rasa untuk level video yang dibuat oleh tim kampanye resmi ahok djarot ditengah situasi Jakarta yang sudah sangat panas ini, kesan pertama dalam situasi ini harusnya menenangkanb ukan malah menambah ketegangan dan mencekam. Ini kesalahan pertama.

 

  1. Suara yang keluar (Sepertinya suara Pak Djarot) yang menurut saya sangat ingin sekali meniru gaya suara Bung Tomo ketika pidato pada perang Surabaya, lebih seperti ajakan untuk perang daripada ajakan untuk merangkul para calon pemilih, bukankah Jakarta tidak dalam keadaan perang?? Bukankah Jakarta damai?? Atau jika menurut tim kampanye Ahok bahwa Jakarta dalam keadaan “genting” dan “perang” maka seharusnya yang menurut mereka bahwa Al-Maidah 51 hanya untuk keadaan perang akan semakin cocok untuk dijalankan donk?? Ini juga rancu buat saya.

 

  1. Menonjolkan hanya 1 etnis saja, memang ada beberapa suku yang ditampilkan dalam video tersebut, tapi tidak begitu menjelaskan kebinekaan, namun yang paling banyak adalah satu etnis saja, yaitu etnis China yang dimunculkan sebagai pemain badminton, lalu sedang di mobil ketakutan, juga anak SD yang sedang hormat bendera. Hal ini perlu di kalrifikasi bahwa, saya yakin Warga Jakarta bukan tidak menyukai warga keturunan china yang ada di Jakarta, SAMA SEKALI TIDAK!, yang mereka tidak sukai adalah ketika ada orang yang tidak menghormati sesamanya, yang tidak bisa menjaga perasaan orang lain, yang selalu merasa menang sendiri, tidak sopan dalam berkata dan selalu merasa benar atas semua yang dia lakukan, serta orang yang tidak belajar dari kesalahan dan melakukan kesalahan yang sama berkali-kali. Tidak peduli dari Etnis mana, jika mereka tidak menghormati dan menjaga perasaan sesamanya, maka itu adalah hal yang bisa menjatuhkan mereka dimata Rakyat Jakarta. Jadi ini bukan soal Etnis, tapi soal Figur, soal sosok, soal personal, jangan sekali-kali memprovokasi bahwa ini soal etnis karena itu hanya akan memperkeruh suasana dan situasi yang sudah panas ini. Ini satu lagi kesalahan fatal dalam video tersebut.

 

  1. Munculnya serombongan orang beratribut budaya muslim di indonesia, Peci dan Sarung dengan berlatar spanduk yang bertuliskan kalimat pendek yang tidak etis untuk menjaga kebhinekaan. Inilah yang paling besar mengundang kontroversi karena jelas-jelas menuding bahwa Muslim adalah pembenci china. Jelas-jelas pembuat video ini berfikiran negative terhadap agama yang paling besar dinegeri ini. Padahal dalam Agama islam jelas-jelas bahwa agama Islam itu adalah Rahamatan Lil Alamin. Karenanya dengan menampilkan aksi sosok-sosok dengan atribut islam yang anarki adalah tindakan yang sangat tidak etis dan sangat mendiskriminasi serta sangat sempit jiwa Bhinneka Tunggal Ika bagi yang membuatnya. Dan yang perlu di reminder adalah bahwa ketidaksukaan sebagian umat muslim bukanlah kepada secara umum etnis china tapi lebih kepada sosok yang tidak mencerminkan ajaran kebaikan bagi ajaran agama islam. Islam merangkul semua, selama mereka berada dalam kebaikan dari segala aspeknya. Muslim juga sering diibaratkan seperti lebah, yang tidak akan mengganggu jika tidak diganggu.

 

Jika ada yang bertanya, lalu bagaimana soal memang adanya spanduk yang bertuliskan “Ganyang China” yang dibawa oleh mereka yang menggunakan atribut muslim??

 

Jangan pura-pura tidak tau, hati kecil anda pasti tau arti dari tulisan di spanduk itu, bahwa itu ditujukan lebih kepada simbolik ke personal yang kebetulan etnis china atau bisa juga orang lain dengan suku yang lain yang sikapnya tidak sesuai dengan kaidah agama islam yang membawa ajaran Rahmatan lil alamin.

 

Inti dari tulisan ini adalah, mari kita tidak lagi memperkeruh suasana menjelang Pilkada DKI yang sudah sangat panas ini, mari jaga persatuan kesatuan dan saling menghormati dan jangan memperkeruh suasana lagi.

 

Mengutip kalimat Pak Anies kepada Ahok ketika Debat di Mata Najwa, kira-kira seperti ini :

 

“Sudahilah berbicara yang tidak penting dan mengundang kontroversi, cukuplah, jangan memperkeruh suasana…”

 

Salam Ocehanburung.

Ocehanburung

Seorang yang sangat memperdulikan keutuhan dan harga diri bangsanya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *