Selamat Data di Klub AIDS
Randi adalah salah satu eksekutif yang cukup sukses di usianya yang boleh dibilang masih relative muda, 32 Tahun. Wajah yang tampan dan karir yang baik. Membuat Randi merasa seperti salah satu orang yang menguasai gemerlapnya Jakarta.
Jakarta dan kesuksesan karirnya telah membuat Randi ikut larut dalam gemerlap malam Kota metropolitan yang katanya tidak pernah tidur itu. Dunia malam yang indah menjadi salah satu Surga buat orang seperti Randi dan ratusan eksekutif muda lainnya yang butuh suasana berbeda setelah seharian di suguhi dengan penatnya pekerjaan kantor.
Sore itu adalah hari jumat, dan seperti minggu-minggu sebelumnya, Randi yang masih lajang bersiap untuk menikmati meriahnya malam kota yang sangat dia sukai itu. Pergaulan bebas yang dia anut telah membuatnya makin larut dalam indahnya kehidupan Jakarta.
”Ga bawa temen Loe Ran ??” Kata kawan Randi ketika mereka bertemu di slah satu Klub malam terkenal di kawasan Hayam Wuruk. House music yang mengalun kencang memaksa mereka untuk mendekatkan wajah agar suara dari masing-masing bisa terdengar.
”Engga… Sari lagi dapet bookingan lain… gampanglah itu, kita cari disini aja…” Kata Randi sambil mulai bergoyang pelan mengikuti irama House Music dan meneguk sedikit Campagne yang mereka pesan.
”Wah sayang tuh… padahal Sari keren Permainannya men… hehehehe…” kata Kawan randi sambil tertawa dan memperagakan gerakan seronok didepan Randi.
Randi cuma senyum, pandangannya terbelah ketika sekilas dia melihat seorang wanita di Bar Table yang terlihat malu-malu sering memandangnya.
“Ada yang lebih oke Boy… Follow me… she is so Hot!!” Kata Randi pada kawannya dan berjalan menuju Bar Table sambil terus memandang wanita yang dari tadi tidak lepas dari pandangannya. Boy Cuma mengikuti dari belakang dengan wajah penasaran.
Wanita itu hanya berbalut blouse ketat dan dengan rok mini berwarna putih polos. Rambut sebahu dan agak tomboy membuat sempurna dengan apa yang ada di imajinasi Randi. Senyum manisnya keluar ketika Randi mendekat dari arah samping, Wangi tubuhnya yang spesial membuat Randi semakin Penasaran dengan wantia yang satu ini.
”Hai… Datang sendirian…” kata Randi membuka pembicaraan.
Wanita itu mengekspresikan wajah kalau dia tidak mendengar apa yang di katakan randi, dan mendekatkan wajahnya lebih dekat ke wajah Randi, Aroma tubuh wanita itu dan lehernya yang jenjang , membuat terbakar jiwa laki-laki Randi.
Randi mengulang apa yang dia ucapkan tadi.
”Sendirian ?? Gue Randi??” kata Randi sangat dekat ketelinga si wanita dan hampir saja menyentuhnya.
”Ooo… iya… gue Rana…” kata Rana dan menyambut tangan Randi yang sejak tadi terbuka.
Mengetahui Rana sendiri, Boy kawan Randi memilih untuk memisahkan diri dan menghilang.
Situasipun makin akrab diantara mereka, ditengah tenggakan minuman keras yang terus menerus dan alunan musik yang sangat mendukung, pelukan dan bisikan nakal serta kecupan ringan Randi, membuat Randi dan Rana terlena untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh lagi malam itu.
”Kita ke apartemen ku…?” Tanya Randi lembut dalam dekapan eratnya pada Rana.
Rana mengangguk dan mendaratkan ciuman dalam untuk Randi.
Apartement Randi cukup mewah, namun itu semua seolah tidak berpengaruh dan sama sekali tidak menarik perhatian bagi mereka berdua yang sedang diburu hasrat untuk saling memuaskan. Randi melempar kunci elekronik Apartemennya setelah membuka pintu tanpa melihatnya karena Rana terus saja bergelayutan dan mendesah dalam dekapan Randi. Nafas mereka memburu.
Randi merebahkan Rana dalam ruang tidurnya yang cukup luas, Rana menggelinjang membakar lebih jauh dari apa yang sudah Randi alami.
Randi mendekat, mencium, melumat dan menyatukan tubuh mereka sejauh sedalam dan sehangat mungkin untuk melampiaskan apa yang sedang mereka alami saat ini. Mereka menikmati setiap detik dari apa yang mereka lakukan malam itu.
Randi dibangunkan oleh bunyi jam Beker yang dia setel pukul 7 pagi. Dia membuka matanya pelan, rana adalah yang paling pertama dia ingat setelah malam yang sangat hangat yang telah mereka lewati.
Randi menoleh, tidak ada Rana disana. Randi membuka matanya lebih lebar, dia masih tidak melihat Rana. Randi bangun dan memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Randi mencari keluar dari ruang tidurnya, tapi dia tetap tidak menemukan Rana.
Akhirnya Randi memutuskan untuk kembali ke kamarnya lagi, sampai dia melihat secarik kertas di depan kaca tempat biasa dia merapikan diri.
Randi mendekat. Ada tulisan di kertas itu… Randi membacanya dan Terpaku. Diam. Dengan Jantung Berbebar kuat.
Sebuah tulisan singkat.
SELAMAT DATANG DI CLUB AIDS…
Randi meremas kertas itu. Tidak mungkin!!!!.