Warkop DKI Reborn atau Warkop DKI Wannabe

Review Film Warkop DKI Reborn.

warkop-1

Tidak bisa dipungkiri bahwa memang film-film Warkop DKI tidak bisa hilang begitu saja dari ingatan kita, gaya yang unik dari masing-masing “maestro” lawakan yang special dari tiap Personil warkop memang tidak mudah untuk digantikan. Gaya Humor yang Ringan, orisinil, khas dan mencerminkan gaya mahasiswa yang santai serta apa adanya, adalah sesuatu yang sulit untuk bisa dilupakan dari seorang Dono, Kasino, dan Indro.

Namun Warkop DKI asli tidak selamanya membuat kita begitu terhibur dengan segala lawakan mereka, sebagai contoh adalah ketika warkop DKI mulai masuk disalah satu layar kaca, usia yang tidak muda lagi dan lawakan yang seolah terperangkap pada lawakan ketika mereka mahasiswa adalah sesuatu yang membuat warkop DKI yang tayang di televisi tidak begitu nyaman untuk kita tonton. Maksud saya, terutama untuk saya.

Kasino yang saat itu terlihat tidak sehat yang menimbulkan kesan (maaf) “dipaksa” untuk bisa terus ikut Syuting dan berakting, dan Indro yang sudah kehilangan ke-keren-an masa mudanya karena rambut yang mulai botak dan tubuh yang menggemuk membuat warkop DKI makin “kurang asik” untuk di nikmati.

Saat itu, bisa dibilang yang membuat Warkop DKI versi Layar kaca bisa bertahan adalah karena para pemain pendukung wanita yang masih saja terlihat segar karena selalu menampilkan wanita cantik untuk mendampingi dan mengisi kekurangan mereka yang terus saja membesar dalam menghadapi kerasnya kompetisi dunia intertainment.

Dan akhirnya, personil dari Grup yang sangat fenomenal itupun satu persatu harus mengakui bahwa usia adalah hak dari pencipta kita, yang kapanpun bisa diambilNya kembali.

Kasino yang mewakili pemuda yang santai dan cuek tapi percaya diri, dan begitu mampu mengundang senyum dengan idiom-idiom orisinilnya, seperti “Jangkrik bos”, “gile loe ndro”,”baju merah jangan sampe lolos”  dan lain sebagainya itu akhirnya harus mengalah juga dengan kuasa Tuhan.

Disusul oleh Dono yang menurut saya merupakan Ruh utama dari Warkop DKI, yang gayanya mampu stabil diusia muda hingga akhir hayatnya tampil dilayar kaca, lawakan yang lebih sering berperan sebagai tokoh penderita namun penuh keberuntungan, dan raut wajah yang khas itupun akhirnya meninggalkan dua sahabatnya yang lain. “Gigi” utama itu tumbang. Dono meninggalkan Warkop DKI dan membuat Warkop kehilangan keseimbangan untuk bergerak.

Dan Warkop DKIpun sampai pada tahap Mati Surinya.

Lalu setelah sekian lama mati suri, dan ketika penggemar setianya sudah mulai menempatkan mereka di sisi memori sejarah pelawak Indonesia yang tidak mudah untuk dilupakan dan paling meninggalkan bekas tersendiri untuk penggemarnya, Pada saat itu pulalah muncul sekelompok Artis masa kini yang mencoba untuk bisa “meneruskan” tradisi lawak khas Warkop DKI. Mereka adalah Abimana Aryasatya, Vino G Bastian dan Tora Sudiro yang masing-masing berpesan sebagai Dono, Kasino dan Indro.

Berkali-kali mereka mengatakan dalam setiap wawancaranya bahwa “kami tidak mungkin bisa menggantikan Warkop DKI yang sebenarnya, kami hanya mencoba dan ingin meneruskan legenda pelawak yang pernah dimiliki bangsa ini…” begitu kira-kira kalimat yang Vino G bastian yang selalu saja diulang-ulang oleh beberapa media dilayar kaca.

Dan… Memang begitulah kenyataanya, sebagian mereka tidak bisa menggantikan Warkop DKI versi aslinya. Setidaknya dua tokoh dari tiga serangkai itu yang menurut saya cukup gagal “Membangkitkan memori kita” akan warkop DKI yang dulu kita kenal, yaitu pemeran Kasino dan pemeran Indro.

Pertama, Yang sangat nyata janggal atau tidak sreg adalah dimana porsi dialog dari masing-masing tokoh inti Warkop DKI, disini Kasino sangat jelas teralu banyak bicara dibanding 2 lainnya, yang mana itu tidak pernah kita temui atau rasakan pada film warkop versi aslinya. Dan itu cukup membuat film tersebut menjadi pertunjukan “one man Show” yang mampu membuat kita menjadi cukup jenuh dengan semua kalimat yang kasino ucapkan, ditambah dengan acting Vino yang terlihat sekuat mungkin menyerupai Kasino tapi selalu gagal dan malah menjadi berbeda sama sekali.

Kedua, Adalah kehadiran Indro asli disetiap “waktu luang” adegan Tora sudiro, istri saya sempat bertanya ketika kita menonton film tersebut, “itu Indro asli kenapa keluar tiba-tiba mulu ya? maksudnya apa ya?”, saya cuma jawab, “biar Indro asli tetep bisa maen film kali…”. Ya… memang kehadiran Indro asli pada film tersebut sangat terkesan dipaksakan, entah apa maksudnya, tapi alangkah baiknya jika adegan-adegan itu bisa di gantikan dengan adegan yang lebih baik atau lebih kreatif daripada hanya sekedar mengeksplore Indro dengan berbagai kostum yang aneh dan nyeleneh.

Ketiga, Hambar. Terlihat “kegalauan tema” yang besar dalam film ini, satu sisi ada keinginan si pembuat scenario untuk membuat film Warkop DKI reborn ini menjadi film yang punya jalan cerita yang jelas, tapi ketika dihubungkan dengan film-film warkop DKI yang memang seringkali tidak memiliki jalan cerita yang jelas dan alur yang pasti, namun seringkali lebih kepada mengeksplore kebebasan dan kesenangan serta kemudahan dalam memanjakan para penikmat film yang enggan berfikir keras, maka benturan itupun terjadi. Oleh karenanya jalan cerita pada film Warkop DKI reborn ini jadi terkesan “galau” antara pilihan untuk menyuguhkan cerita yang ringan khas Warkop DKI, atau mau menyuguhkan cerita yang memiliki jalan cerita yang pasti. Dan pemilihan mencari harta karun adalah pilihan jalan cerita yang kurang apik menurut saya.

Keempat, satu-satunya actor yang dengan sangat mulus memerankan tokoh Warkop DKI hanyalah Abimana, actor yang memang sudah terkenal mampu memerankan berbagai karakter ini, dengan sangat apik bisa menjelma menjadi seorang Dono. Baik dari sisi suara, gaya dan tingkah lakunya.

Berbeda dengan Vino dan Tora, akting mereka masih sangat sulit untuk bisa mendekati para anggota warkop DKI Kasino dan Indro, namun karena tertolong oleh Make up yang menurut saya layak di acungi jempol, maka kedua actor tersebut ditolong oleh make up yang membuat mereka menjadi ada sedikit kesamaan dengan Kasino serta Indro.

Entahlah ini karena Sutradara, Skenario atau Pemainnya, tapi ya sudahlah…

Tapi diluar itu semua, bahwa kita masih harus bangga dengan para sineas muda kita yang masih mau dan masih semangat serta tidak melupakan begitu saja para seniman kita terdahulu, setidaknya dengan menonton Film Warkop DKI Reborn maka kita sudah ikut serta dalam menyukseskan perfilman nasional. Dan semoga saja keluarga besar dari anggota warkop DKI yaitu Dono dan Kasino juga ikut menikmati kesuksesan Film Warkop DKI reborn ini.

warkop-2

lalu apakah saya kecewa setelah menonton film ini??? tentu saja tidak karena itu film buatan anak bangsa, tapi mungkin judulnya perlu diganti menjadi :

Warkop DKI Wannabe…

Dan dari film ini juga kita jadi semakin yakin bahwa Warkop DKI Dono Kasino dan Indro memang tidak mungkin tergantikan.

Salam Ocehanburung.

Ocehanburung

Seorang yang sangat memperdulikan keutuhan dan harga diri bangsanya...

4 Comments

  1. Ralat dikit gan ,
    Yg meninggal itu Kasino dulu , baru Dono .
    malah pas Kasino udah ga ada masih ada serial Warkop Milenium . Di situ cuma Dono ama Indro doang

  2. seinget saya yang meninggal duluan kasino deh baru dono
    tapi penulis disini menulis dono yang duluan meninggal
    kasino meninggal 16 Desember 1997
    dono meninggal 30 Desember 2001

    CMIIW

  3. Saya kurang setuju dgn ocehan burung Ini. Saya justru lihat vino paling oke actingnya. Bukan krn dialognya paling byk jdi trlihat one man show. Tp emg kualitasnya keren qo!!!!!

Leave a Reply to Melinda Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *