Pilpres 2019 ini, jangan terpecah lagi

DamaiTidak terasa, 2019 sebentar lagi akan hadir, dan itu artinya kita akan kembali merayakan perhelatan besar bagi bangsa ini, PILPRES 2019.

Sejak 23 September 2018 lalu, kampanye Pilpres sudah dimulai dan hingga Maret 2019 nanti, Jurkam, aktivis, dan simpatisan kedua kubu akan saling berargumen dan akan saling berusaha memenangkan “Jagoannya” dan social media dipenuhi oleh berbagai cara kampanye dunia maya.

Pilpres 2019 sedikit banyak akan membawa kita pada kenangan Pilpres 2014 yang bagi saya adalah kenangan yang tidak menyenangkan, mengapa tidak?? Pertama karena Paslon pada Pilpres ini sama dengan 2014 lalu, dan Karena pada Pilpres 2014 itu, kita, Rakyat Indonesia, yang seharusnya Satu Nusa dan Satu Bangsa, menjadi benar-benar terpecah dua, menjadi 2 kubu yang selama periode kepemimpinan sekarang  terus menerus dan tidak ada lelahnya berseteru dan saling melemahkan, hingga terus berlanjut hingga Pilkada DKI serta Pilkada Jabar beberapa waktu lalu.

Ada banyak sebutan untuk kedua kubu yang tidak pernah lelah berargumen antara mereka, aday ang menyebutnya “Cebong vs Kampret”, atau juga “Bani Daster vs Bani Serbet”, dan bermacam julukan yang tidak pernah berhenti kita baca di Social media yang sering membuat risih namun tidak jarang juga dapat membuat tertawa.

Jika perbedaan, argumen atau kritik itu adalah kritik yang membangun/positif/mengingatkan/early warning, maka itu tidak masalah, tapi yang paling berbahaya adalah jika argumen itu berisi hal yang memecah belah, pencemaran nama baik, berita bohong, dan provokasi. Sangat disayangkan, untuk hal yang membahayakan itu, dari kedua kubu masih begitu kuatnya saling menjatuhkan dan itu masih terus berlangsung hingga detik ini. Sudah cukup banyak yang ditangkap, namun seolah bagai Jamur dimusim hujan, mereka begitu subur, mati satu tumbuh seribu.

Jika anda Tanya, saya ada di kubu mana ? saya akan jawab, saat ini saya ada di kubu Oposisi ,Saya ingin sekali tidak disebut Kampret karena saya sedapat mungkin tidak menyebarkan hal yang termasuk berbahaya seperti yang saya tulis diatas, walaupun mungkin secara personal/pribadi, saya selalu berusaha waspada akan hal-hal negative yang beredar di social media tersebut,  tapi yah mungkin sebagian dari anda akan menyebut saya Kampret, atau juga mungkin Bani Daster, saya tidak bisa menolak itu, karena jikapun saya tolak maka akan membuat saya ribet dan pusing sendiri, jadi ya sudahlah, biarkan saja, toh kalau saya mau saya juga bisa menganggap anda Cebong atau Bani Serbet khan?? Jadi memang tidak akan ada ujungnya. Terus, terus dan terus.

Dan jika budaya buruk dan berbahaya ini terus dilanjutkan pada Pilpres 2019, ini akan berbahaya! Ini harus dihentikan. Jangan lagi kita mempertahankan budaya terbelah 2 ini. Jangan lagi ada Kampret atau Cebong, Jangan lagi ada Daster atau Serbet. Mari hilangkan!! Bukankah kedua kubu sudah mengikrarkan untuk berkampanye Damai pada Pilpres 2019 ini ?? mari kita dukung!

Sudah cukup 4 tahun kita belajar dari “perpecahan” ini, amat sangat tidak nyaman jika kita terus menerus “memelihara” budaya buruk ini. Mari hilangkan. Kita buat Pilpres 2019 nanti adalah Pilpres paling Damai, paling kondusif, paling jujur, paling adil sehingga bisa menjadi contoh bagi negara lain, dan akan menjadi salah satu sejarah terbaik bangsa ini.

Untuk memulainya, Pertama, mungkin kita bisa mengawali dengan menghilangkan kata “Kampret” dan “Cebong” menjadi “Pro Oposisi” dan “Pro Pertahana”, mungkin maknanya secara tidak langsung sama, tapi kata Oposisi dan Pertahana lebhi beraura Positif dan membangun.

Kedua, untuk Pro Oposisi ataupun Pro Pertahana marilah mulai bisa belajar untuk bisa memisahkan antara Pilihan Politik seseorang dengan Pertemanan juga dengan Profesionalitasnya, jangan mencampuradukan pilihan politik dengan hal lain, karena jika masih bersikap demikian, maka masalah ini tidak akan pernah selesai, kita akan terus terjebak pada pemikiran sempit dan picik serta akan terus terlena pada permainan politik yang seharusnya kita tau bahwa politik itu sangat cair dan sangat tidak bisa dijadikan pedoman dalam menentukan kebaikan atau keburukan. Mari pisahkan itu dengan tetap menghargai pilihan politik masing-masing. Caranya sebenarnya adalah mudah, jika anda bertemu dengan orang yang berbeda pilihan politik, maka “masukkan” pemikiran atau faham politik dia kedalam satu kotak dan biarkan disana, tinggalkan, jangan gunakan pilihan politik itu menggangu penilaian persahabatan dan penilaian professional orang tersebut untuk anda nilai.

Ketiga, sedapat mungkin, jangan memulai perbincangan dengan masalah poilitik kecuali anda yakin bahwa anda berada dalam lingkungan yang homogen/sefaham, karena sebenarnya masih buanyak hal lain yang bisa anda jadikan bahan perbincangan, seperti gossip artis, sharing pekerjaan, keluarga, lingkungan, atau mungkni yang sedikit berat adalah mencari solusi bagaimana agar cicilan anda bisa segera lunas. itu beberapa hal yang sangat bisa dijadikan bahan obrolan anda. Namun, jika sudah terlanjur anda memulai atau lawan bicara anda memulai perbincangan dengan politik, maka alangkah baiknya, anda menjadi pendengar yang baik saja, dan setelah ada kesempatan, beritahu dia kalau lebih baik kita tidak membicarakan politik karena saat ini politik negative rentan memecah belah.

Prinsip dasarnya adalah, mari sama-sama kita move on!! Kita melompat untuk keluar dari “terpecahnya” rakyat bangsa ini yang disebabkan oleh perbedaan pilihan dalam politik, mari kita bersatu kembali, bersatu sebenar-benarnya dan mari mulai saat ini, kita berprinsip, bahwa perbedaan politik bukanlah suatu hal yang besar, biarkan saja, abaikan…

Hargai pilihan politik seseorang dengan cara Mengabaikannya.

Salam Ocehanburung.

Ocehanburung

Seorang yang sangat memperdulikan keutuhan dan harga diri bangsanya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *